Jejak Hitam Pemimpin Masjid Al Aqsa yang Mendukung Kemerdekaan Indonesia
Mufti Yerusalem diklaim mendukung Kemerdekaan Indonesia namun ia gagal meraih dukungan guna membentuk pemerintahan Palestina.
Orang Indonesia sangat bangga pada Haji Amin El Hussein yang mendukung kemerdekaan Indonesia. Haji Amin El Hussein saat itu menjabat sebagai Mufti Yerusalem yang memimpin Masjid Al Aqsa di Yerusalem. Tetapi ia bukan pemimpin Palestina karena Palestina saat itu di bawah Inggris. Inggris mengalahkan Turki yang berkuasa di Israel selama 400 tahun pada tahun 1917.
HAJI AMIN DIANGKAT ORANG YAHUDI JADI PEMIMPIN AGAMA
Herbert Samuel seorang Yahudi kelahiran Inggris ditunjuk sebagai Komisaris Tinggi Palestina tahun 1918. Nama tanah Israel saat itu Palestina karena Romawi yang menjajah tanah Israel mengganti nama menjadi Palestina. Lalu pada 1920 terjadi kerusuhan anti Yahudi yang dipicu oleh Amin El Husseini, seorang Arab kelahiran Yerusalem tahun 1893, berpendidikan agama di Mesir lalu sekolah di Turki tapi malah menjadi tentara Turki. Ketika Turki terlihat mulai kehilangan kekuatan dan kalah, Amin bergabung dengan pemberontak Arab di Palestina untuk melawan Turki.
Amin El Husseini dihukum penjara selama 10 tahun karena kerusuhan rasial yang menewaskan 5 orang Yahudi dan melukai 200 lebih Yahudi terluka, tetapi Haji Amin kabur dan tinggal di Suriah. Sesungguhnya tahun 1919, Haji Amin pernah membuat koran yang diberi nama Al Suria Al Janubia (Suria Selatan) karena Haji Amin berharap Palestina berada di bawah Suriah. Haji Amin mendukung Raja Suriah alih-alih Ottoman.

Foto Koleksi American Colony in Jerusalem
Herbert Samuel mengampuninya dengan memberi amnesti dan memintanya untuk pulang demi menyenangkan hati orang Arab Palestina. Ia kemudian menjadi pegawai bea cukai di Yerusalem. Tahun 1921, Herbert Samuel setuju pengangkatan Haji Amin menjadi Mufti Yerusalem, sesuatu yang sungguh fatal di kemudian hari. Sebab Amin El Husseini yang kemudian lebih dikenal sebagai Haji Amin tahun 1936 kembali memprovokasi unjuk rasa kebencian dan mengeluarkan fatwa melawan Inggris sehingga ia harus kabur lagi dan eksil (hidup di pengasingan) di Baghdad, Irak. Pada 1941, Haji Amin diduga berada di balik pembantaian Yahudi Irak atau Peristiwa Farhud. Setelah peristiwa Farhud, Haji Amin kabur lagi ke Italia melalui Teheran karena ditolak masuk Turki. Ini menjadi pelarian ketiga Haji Amin yang mengklaim sebagai keturunan Hussein, anak Ali dan Fatima.

Foto: Bundesarchiv, Kurt Alber
HAJI AMIN DUKUNG INDONESIA MERDEKA NAMUN GAGAL MENCARI DUKUNGAN PALESTINA MERDEKA
Pada kurun 1941-1945 Haji Amin berada di Jerman. Di masa inilah kedekatannya dengan Hitler terjalin karena satu kesamaan di antara mereka yaitu sama-sama benci orang Yahudi dan tidak mau ada negara Yahudi. Haji Amin bahkan sempat meninjau pasukan Nazi dari simpatisan Serbia yang beragama Islam. Kedekatan Haji Amin dengan Adolf Hitler dan Heinrich Himmler bisa ditemukan dalam buku yang ditulis oleh Abd al-Karim al-Umar, berjudul “Memoirs of the Grand Mufti” terbit tahun 1999 di Damaskus, Suriah. Saat di Jerman inilah ia disebut-sebut mendukung kemerdekaan Indonesia karena ia menyiarkan propaganda anti Yahudi di radio Jerman sekaligus mencari simpati dari negara-negara berpenduduk Islam.
Setelah dari Jerman, Haji Amin tinggal di Mesir sebagai Komite Tinggi Arab untuk Palestina namun gagal meraup dukungan Irak, Trans Yordan dan Inggris agar bisa terbentuk pemerintahan Arab Palestina begitu Mandat Inggris berakhir Mei 1948. Tanpa dukungan, termasuk dari Indonesia karena tidak ada langkah khusus saat itu, negara Palestina gagal berdiri. Justru Israel yang deklarasi kemerdekaan begitu Mandat Inggris berakhir Mei 1948 yang langsung diperangi oleh Mesir, Yordania, Libanon, Suriah dan Irak.
Bahkan orang Arab Palestina sendiri tidak mendukung agenda Haji Amin terbukti dari riset Prof. Mustafa Abbasi, sejarawan Tel-Hai Academic College di utara Israel, penulis buku “Orang Palestina Melawan Nazi: Kisah Sukarelawan Palestina Pada Perang Dunia II”, justru menemukan 12 ribu Arab Palestina yang sukarela menjadi tentara Inggris dan berperang pada Perang Dunia Kedua di Eropa dan Afrika Utara. Relawan inilah yang kemudian menjadi Jewish Brigade yang berjuang melawan negara-negara Arab pada perang 1948.
Dalam buku “Palestinian Personalities: A Biographic Dictionary” oleh Abdul Hadi Mahdi, disebutkan pada September 1948, Komite Tinggi Arab di Gaza memproklamasikan pembentukan Pemerintah Semua Palestina dipimpin oleh Ahmad Hilmi Abd al-Baqi, dengan dukungan Mesir dan negara-negara Arab non-Hashemite (Front Mesir). Haji Amin memimpin Dewan Nasional Palestina yang diadakan di Gaza. Namun Front Mesir pada Oktober 1948 itu runtuh dan pemerintahan Yordania yang menguasai Yerusalem Timur terbentuk, Haji Amin makin kehilangan pengaruh. Diduga dendam memotivasi Haji Amin sehingga terjadilah pembunuhan Raja Yordania I.
RAJA YORDANIA MENCOPOT STATUS MUFTI YERUSALEM
Akibat perang Arab-Israel 1948, Yerusalem terbagi dua, bagian barat dikuasai Israel dan bagian timur dikuasai oleh Yordania sehingga jabatan Haji Amin sebagai Mufti Yerusalem dicopot dan bahkan Haji Amin dilarang masuk Yerusalem. Tahun 1951 terjadi pembunuhan terhadap Raja Yordania Abdullah I di depan Al Aksa, usai sholat Jumat. Dalang pembunuhan diduga Haji Amin yang menentang Raja Abdullah menyatukan Tepi Barat (Arab Palestina) dan Tepi Timur (Yordania) dan karena melarang Haji Amin masuk Yerusalem. Ada 10 orang yang ditangkap Yordania, 6 orang dihukum mati salah satunya adalah sepupu Haji Amin yang bernama Dr Musa Abdulla Hussein, PhD dari Universitas London dan Berlin. Musa Abdulla Hussein mengaku bersalah atas dakwaan yang dituduhkan.
Haji Amin lalu eksil lagi dari Kairo ke Libanon tahun 1959 hingga hari kematiannya pada 1974 ia menetap di Beirut, bukan di Yerusalem atau wilayah lain di Palestina. Ia hidup mewah di villa yang dijaga ketat karena merasa nyawanya terancam. Bagi sejumlah kalangan, ia dianggap tokoh Arab Palestina, ulama, pemimpin Masjid Al Aqsa dan penggerak nasionalisme Palestina. Namun bagi kalangan lain Haji Amin adalah orang hukuman yang diberi amnesti, provokator antisemit dan penjahat perang karena menjadi kolaborator Nazi.
Karena kebenciannya terhadap orang Yahudi, Haji Amin justru dilarang masuk ke Yerusalem dan hidup dalam pengasingan. Haji Amin justru gagal meraup simpati dari negara-negara Arab sendiri dan komunitas Islam dunia untuk mendukungnya membentuk pemerintahan Arab Palestina. Haji Amin yang dipilih oleh orang Yahudi sebagai pemimpin masjid justru menghadirkan kasus demi kasus tercela dalam biografi hidupnya.
HAJI AMIN KEBANGGAAN INDONESIA HIDUP SEBAGAI ORANG BUANGAN
Meski reputasi buruk seperti yang dimiliki Haji Amin, orang Indonesia bangga pada Haji Amin yang mendukung kemerdekaan Indonesia meski tidak jelas kontribusi apa yang diberikan oleh Haji Amin. Haji Amin terlibat perlawanan melawan Ottoman yang dipandang umat Islam sebagai khilafah terakhir. Haji Amin diduga berkaitan pembunuhan Raja Yordania yang berkuasa atas Yerusalem. Haji Amin memperlakukan sesama Arab dan sesama pemeluk dengan buruk maka tak heran Haji Amin cocok sama Hitler, otak dibalik genosida Yahudi itu.
Orang Indonesia mengagumi tokoh agama yang hidupnya berpindah-pindah menumpang di negara orang. Bahkan foto Haji Amin dengan sejumlah tokoh Indonesia di Kairo itu saat Haji Amin dalam pelarian (lihat foto). Walau 74 tahun Indonesia sudah merdeka namun bangsa kita masih buta sejarah. Kita bangga Indonesia merdeka atas usaha sendiri dengan atau tanpa dukungan Haji Amin dari Palestina yang rekam jejaknya memalukan.
